1. Seni
:
A. Berdasarkan
teori mimesis Plato dan Aristoteles
kesenian adalah suatu usaha untuk menyalin alam ke dalam berbagai macam bentuk.
B. Menurut
Ki Hajar Dewantara seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup
perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakan perasaan jiwa
manusia (Soedarso, 1998).
Kebudayaan
:
A. Kebudayaan
menurut pandangan antropolog adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1980: 193-239).
B. kebudayaan menurut Williams adalah hal-hal yang dialami
dalam hidup sehari-hari (Barker, 2005:50).
C. Menurut (E. B. Taylor) Budaya
merupakan keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat, dan kemampuan lain dan kebiasaan yang dicapai oleh individu sebagai
anggota masyarakat.
2.
Karena seni berhubungan dengan olah rasa
dan olah pikiran. Seni banyak berhubungan dengan perasaan sehingga orang yang
kurang peka perasaannya sukar untuk menghayati seni dan Seni juga di katakan
sebagai salah satu pembentukan watak manusia karena seni merupakan segala
perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah,
sehingga dapat menggerakan perasaan jiwa manusia.
3. Perkembangan
seni di Bali tetap eksis dan semarak karena seni di Bali tahun ke tahun semakin
di konteskan dalam berbagai pertunjukan, hiburan, pawai seperti pada pembukaan
PKB, selain itu juga seni juga sekarang
banyak di jadikan ajang perlombakan sehingga minat untuk membuat kreasi baru
dalam seni itu akan semakin tumbuh atau
meluas dan akan meningkatkan kreatifitas bagi masyarakat Bali itu seniri.
4. Pengertian
Wali, Bebali dan Balih-balihan :
A. Wali
merupakan jenis seni yang dipentaskan sehubungan dengan dilaksanakan suatu
upacara keagamaan di suatu pura yang bersifat sakral. Contohnya : Tari Rejang
dewa, topeng Sang Hyang.
B. Bebali
merupakan jenis seni Bali yang jugadi gelar pada suatu upacara keagamaan dan
umumnya seni bebali di pentaskan denagan suatu lakon yang berhungan dengan
pelaksanaan upacara tersebut, baiasanya di pentaskan di jaba tengah. Contohnya
: Tari topeng pajegan, drama tari gambuh, dan wayang.
C. Balih-balihan
merupakan perkembangan seni wali dan Bebali yang ditunjukan sebagai sarana
hiburan dengan lakon serta kreasi tari dan tabuh yang lebih bebas. Contohnya :
Tari Kecak.
5. Profil
Seniman Tari Bali I Wayan Beratha :
Lahir dari keluarga
seniman tahun 1926, di Banjar Belaluan Denpasar. Kini menetap di Banjar Abian
Kapas Kaja.Pendidikan formal I Wayan Beratha hanya sempat di tempuh selama lima
tahun di Sekolah Rakyat. Sejak kecil Beratha telah mengenal betul nada
gambelan.Dalam hal seni karawitan, Beratha mempunyai pandangan yang sangat
terbuka, membuang fanatisme kedaerahan, Maka pada tahun 1957 - 1959, ia mulai
menyadap pembauran warna gambelan yang meretas jauh pola-pola kedaerahan.
Pola-poia ini
menurutnya disebabkan oleh adanya kompetisi di zaman raja-raja yang berlangsung
hingga zaman penjajahan. Maka ia memberanikan diri mempelajari karawitan Bali
Utara dan mengajarkan karawitan Bali Selatan di seluruh Bali. Tahun 1966
Beratha mencoba bereksperimen meneruskan tradisi keluarganya sebagai pelaras
gambelan, ia membuat satu tungguh Gangsa berlaras pelog lima nada dengan bahan
per mobil. Hasilnya sangat memuaskan. Maka jadilah I Wayan Beratha pelaras
gambelan paling laris di Denpasar.
Di tahun 1964, Beratha
melawat ke negeri Paman Sam, dalam rangka New York Fair. Kehadirannya saat itu
sebagai pemimpin teknis pada seksi Bali, guna memperkenalkan revolusi Indonesia
di luar negeri. Pada acara itu ia berkesempatan menyajikan eksperimen gambelan
Bali lewat tabuh Gesuri. Tahun 1956 ia ikut misi kesenian Indonesia/Bali ke
RRC, mengadakan pertunjukan di kota Kanton, Peking, Shanghya, Nanking, Hansan,
Sin Nian, Canocun dan Hong-Can. Pada tahun 1962 bersama-sama seribu orang
penari pendet ia turut serta dalam pembukaan Asian Games di Jakarta, Tahun 1963
ia ikut memeriahkan konferensi antar-KOKAR di Solo. Tahun 1963 ini pula
memimpin sekaa Gong Sad Merta ke Surabaya, memeriahkan ulang tahun Universitas
Airlangga. Tahun 1965 ia ke Semarang, menyertai para Siswa KOKAR Bali
menyelenggarakan Bali Night, sebulan kemudian juga diselenggarakan di Bandung.
Hasil Karya :
Karya monumentalnya
dalam bentuk tarian, yakni Tari Yudha Pati, Tari Kupu-Kupu, dan Tari Tani ada
juga di antaranya Sendratari “ Jayaprana” ( 1961), Tabuh “Gesuri” (1964), tabuh
ini diciptakan pada waktu ia berada di New York, Sendratari “ Ramayana” (1965).
Sendratari “ Maya Denawa” (1966), Instrumentalia “Palgunawarsa” (1968), yang
mendapat penghargaan tertinggi dalam festival gong kebyar seluruh Bali, Tari
“Panyembrana” (1971) dan lainnya.
Penghargaan :
Tahun 1972 berdasarkan
Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan R.I No.0126/U/1972 dan Mentri
Mashuri ia menerima Anugerah Seni Nasional. • Memperoleh Piagam Dharma Kusuma
dan Gubernur Bali Ida Bagus Mantra dan sejumlah piagam lainnya, namun sayang ia
lupa kapan pastinya penghargaan itu diterima.
6. Gong
Kebyar :
A. Secara
fisik Gamelan Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari gamelan Gong Gede
dengan pengurangan peranan dan peniadaan beberapa buah instrumennya seperti
peranan Instrumen Terompong dikurangi
bahkan dalam beberapa reportoar tidak digunakan sama sekali.
B. Gong
Kebyar juga mengadopsi berbagai reportoar gamelan Bali lainnya seperti
pagambuhan, leluangan, pejogedan, dan gegambangan.
C. Konsep
Gong Kebyar adalah perpaduan antara rasa musikal Gender Wayang yang lincah,
Gong Gede yang kokoh dan pelegongan yang melodis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar